Pages

Rabu, 15 Juni 2011

Pertarungan Hidup dan Mati Sebelum Waktunya

Bagaimana ulangan kenaikan kelas yang diadakan di sekolahmu tahun ini? Apakah menyenangkan ataukah menjadi momok yang paling menakutkan?

Hal ini mungkin menjadi suatu pertanyaan besar bagi sebagian siswa-siswi SMA NEGERI 1 AMBON yang tahun ini mengikuti ujian kenaikan  kelas dari tanggal 06 Juni-15 Juni 2011.
Ya! Ujian kenaikan kelas tahun ini mungkin menjadi momok yang paling menakutkan sepanjang sejarah gue mengikuti pendidikan formal. Bagaimana tidak? Dengan sistem yang berbeda, ulangan kenaikan kelas di SMA NEGERI 1 AMBON, diadakan dengan menggunakan metode soal essay.

Hal tersebut membuat anak-anak termasuk gue harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Bayangkan jika pada saat ulangan, loe nggak bisa menjawab soal-soal yang ada dengan benar. Apa yang terjadi nantinya? Loe harus siap di ‘lempar’ ke tong sampah sekolah yang lain jika tak menginginkan untuk belajar satu tahun lagi di tingkat yang sama.
Gue seolah-olah dihipnotis oleh seorang Ojan ‘SKETSA’ yang selalu berkata bahwa, “Theo, tatap mata saya!” Loe harus belajar, belajar, beeelaaaajaaar.”

Hal itu yang selalu ada menghantui pikiran gue, agar selalu dekat dengan buku-buku pelajaran. Gue nggak mau, perjuangan di SMA NEGERI 1 AMBON yang merupakan salah satu sekolah favorit terhenti hanya karena nggak bisa mengerjakan 10 soal essay dengan benar. Hal itu yang membuat gue belajar tiap harinya hingga larut malam dan harus bangun pada pukul 04.00 WIT untuk mengulangi apa yang dipelajari semalam.

**06 Juni-14 Juni 2011**
Pada 06 Juni 2011, gue bangun sekitar pukul 04.00 WIT untuk mempersiapkan diri sekaligus mengulangi pelajaran yang telah dipelajari semalaman. Sehabis berdoa, gue beranjak ke ruang tamu dan mengambil buku PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) untuk dibaca.

Sebenarnya pada hari itu, mata pelajaran yang diujiankan adalah PKn dan Fisika. Tetapi berhubung buku Fisikanya tertinggal di Lateri, akhirnya gue nggak bisa mempelajari materi Fisika dengan baik. Dan apa yang terjadi? Impasnya gue hanya bisa ngerjain soal Fisika sambil nangis darah garuk-garuk tembok alias gue nggak bisa ngerjain 10 soal itu dengan baik.
“Man, dari 10 soal yang dikasih, gue hanya bisa ngerjain 4 nomor, bayangkan 4 nomor, 4 nomor.” Betapa hancurnya otak gue. Saat itu rasanya gue pengen cabut dari kelas dan pengen banget lari muter-muter gedung sekolah. Sayangnya gue urungkan niat itu, untuk menghindari anggapan orang bahwa gue nggak waras.

Akhirnya sekitar 15 menit kemudian bel berakhirnya penderitaan pada hari itu berbunyi juga, gue dengan perasaan lega dan bangga syok melangkah perlahan untuk mengumpulkan kertas jawaban yang hanya berisi 4 nomor itu.
“God, semoga pekerjaanku ini Engkau berkati,” seru gue dalam hati.
“Yah, semoga saja, dari 4 nomor yang dikerjakan benar semua. Amiin!!!”

***
Pada hari-hari berikutnya, gue tidak merasakan kendala dalam mengerjakan soal-soal yang lain. Yups, tepatnya pada saat ulangan Kimia. Dalam hati gue berkata, “Let’s begin the party baby.” :D
Bukannya mau sombong ya guys, tapi gue bangga dan merasakan sensasi yang berbeda saat menjawab soal-soal Kimia, rasanya enteng banget man. Di otak gue terpikirkan hal seperti ini, “Theo, kamu diberi talenta khusus dan diberi roh kudus untuk menjawab hal-hal yang menyangkut tentang Kimia!!!” Heheee

Akhirnya gue dapat mengerjakan soal ulangan Kimia dengan baik dan gue berharap semoga ulangan-ulangan lainnya juga seperti ini. Tapi semua hal itu berlalu seiring dengan berhembusnya angin. Ketika ulangan Matematika, gue kembali mengalami hal yang sama  seperti mengerjakan soal Fisika. Namun kali ini berbeda, gue dapat mengerjakan 7 dari 10 nomor dan itupun gue kerjakan dengan penuh susah payah.

Pada 14 Juni 2011, sepulang dari sekolah, gue lalu beranjak ke ruang tamu dan kemudian merenung tentang semuanya. Akhirnya, gue mendapat kunci kegagalan itu. Yang pertama, gue memang nggak terlalu serius dalam belajar dan yang kedua dasar pengetahuan gue tentang Fisika sangat minim.

Yah, gue hanya bisa berharap semoga kerja keras selama ini nggak sia-sia hanya karena  mengerjakan 4 nomor dari 10 nomor soal Fisika dan gue berharap dapat naik kelas dengan nilai yang bagus walaupun itu jauh dari memuaskan. 



Pencopet Yang Beruntung

Kalau dipikir-pikir udah lama banget gak ngeblog. Maafkan blogger murtad yang satu ini guys *sambil bersihin sarang laba-laba dan ngebasmi nyamuk cs di beranda Kalwedo*

Akhir-akhir ini, gue emang lagi fokus sama sekolahan karena berhubung satu hal yaitu Ulangan Kenaikan kelas di sekolah gue pada semester ini akan menggunakan metode soal essay. Yups, soal essay!! Dan hal itulah yang membuat gue harus fokus belajar sehingga gue harus meninggalkan seluruh akivitas dari dunia maya dan harus ‘berpacaran’ dengan buku-buku pelajaran yang tebalnya minta ampun.

Selain sekolahan, gue juga mengalami suatu musibah yang sangat mencengangkan dunia persepakbolaan tanah air *Lho?* #Nggak yang ini ngawur!!
Musibah yang gue alami adalah gue kecopetan. Benar saudara-saudari, gue KECOPETAN MODEM!! Hal inilah yang sebenarnya membuat gue gak bisa ngeblog selama satu bulan terakhir ini.

Ceritanya seperti ini….                                                                                               

Sore itu ketika pulang latihan musik dari sekolah, gue berniat pergi ke Lateri untuk mengambil pakaian yang ditinggalin disana. Gue lalu melakukan perjalanan yang cukup melelahkan dan sekitar 20 menit kemudian, gue tiba. Ketika sampai disana, gue masuk ke kamar dan mengambil pakaian-pakaian yang diperlukan bersama notebook dan modem.
Gak berapa lama, gue balik ke Bentas dengan angkot jurusan Mardika. Setelah sampai di Mardika, gue jalan menuju ke terminal angkot Bentas. Dan disinilah musibah itu terjadi….

Ketika gue sedang asyik-asyiknya jalan, seorang anak datang menghampiri dari belakang. Gue gak terlalu menghiraukan anak tersebut dan disitulah letak kesalahan gue. Gue tetep jalan dan ketika sadar, bayangan anak tersebut udah menghilang dari belakang. Hati ini berasa nggak enak banget dan memang benar feeling gue. Modem gue baru saja dicopet dari dalam tas oleh seorang anak tengil.

“Damn!! Kenapa sih, tadi gue nggak ngeliat ke belakang?”, kata gue dalam hati.
Gue lalu berbalik dan melihat anak tersebut masih nggak terlalu jauh. Gue lalu berjalan pelan-pelan untuk menghampiri anak itu. Namun, malang nasib gue.Ternyata dia memperhatikan gue yang sedang berjalan menuju arahnya. Dia terkejut dan kemudian apa yang terjadi? Dia lari sekencang-kencangnya dan gue pun lari mengikuti dia.

Sambil tetap berlari, gue lalu berteriak,
“copet, copet, copeeeeetttt”. Namun tak ada satu orang pun di sekitar yang menghiraukan teriakan gue. Karena copet tengil itu sudah terlalu jauh, gue akhirnya memutuskan untuk nggak berlari mengikuti dia. Gue hanya berdiri menatap copet tengil itu dan yang paling membuat geram, copet itu kemudian berdiri dengan gagahnya dari jauh sambil mengangkat topinya dan tertawa kepada gue.

“Damn!!! Sial apa gue hari ini? Ya sudahlah, semoga modem itu menjadi berkat bagi loe,” kata gue dalam hati. Mungkin hari itu memang hari keberuntungan bagi copet tengil itu. 



 
Share |